Kamis, 19 Agustus 2010

Yang Menyenangkan dari Balikpapan

BALIKPAPAN adalah kota kaya yang santun. Jalan-jalannya bersih dari sampah. Para pengendaranya mengemudi dengan santai dan rapi. Pada malam hari, kilang-kilang minyak yang berjejer, anjungan minyak yang bercahaya, dan lanskap kota menjadi pemandangan yang unik.

Balikpapan yang hangat, begitu gumam saya begitu menginjakkan kaki di kota yang terletak di Kalimantan Timur itu. Saat saya sampai di Bandara Internasional Sepinggan, waktu setempat menunjukkan pukul 09.30 Wita, satu jam lebih cepat dari waktu Jakarta. Namun, hangatnya Balikpapan langsung sirna begitu saya keluar dari bandara. Cuaca panas langsung menyengat.

”Di sini panasnya kering, karena dekat pelabuhan,” ujar Rosa Aryanti, Director of Sales hotel Novotel Balikpapan, hotel tempat saya menginap selama di Balikpapan. Balikpapan memang terletak di pesisir timur Kalimantan, berbatasan langsung dengan Selat Makassar, jadi wajar jika kota ini berhawa panas.

Namun berbeda dengan Jakarta yang hawa panasnya diperparah dengan banyaknya polusi, Balikpapan masih menawarkan oksigen yang cenderung sehat. Sepanjang perjalanan menuju hotel, tak banyak kendaraan yang berseliweran.

Tak ada asap mengepul dari knalpot kendaraan. Tak heran jika kota ini sudah 14 kali mendapatkan piala Adipura, dan tengah bersiap untuk kompetisi Adipura tingkat ASEAN. Melihat jalan-jalan di Balikpapan, sekilas saya teringat Singapura yang bersih dan teratur. Keteraturan ini pula yang membuat jarak bandara-hotel sejauh 7 km hanya ditempuh dalam waktu 15 menit.

Balikpapan memang bisa dibilang sebagai kota paling maju di Kalimantan, terutama di Kalimantan Timur. Kekayaan minyak yang dikandung di tanah Balikpapan sedikit banyak berkontribusi terhadap kemajuan, keteraturan, dan kesejahteraan penduduknya. Tak heran jika di kota-kota lain penduduknya sibuk bermigrasi ke Jakarta, kota berjuluk Kota Minyak ini justru dibanjiri para pendatang dari berbagai provinsi dan etnis di Indonesia.

Mayoritas penduduk dan pendatang ini tentu saja bekerja di industri minyak dan gas, selain juga perdagangan dan jasa. Tak heran juga jika banyak orang Jakarta yang melakukan kegiatan business and leasure di sini, termasuk rombongan yang saya ikuti, yaitu rombongan dari beberapa perusahaan pertambangan minyak yang berkunjung atas sponsor dari perusahaan penerbangan Garuda Indonesia dan perusahaan jasa pariwisata Accor Hotels.

Karena banyaknya pendatang pula, keragaman begitu kentara di Balikpapan. Di Hotel Novotel, karyawannya punya garis wajah, dari etnis Jawa hingga kawasan timur Indonesia. Tamu-tamu yang berkunjung bahkan banyak dari Eropa, membawa serta keluarga dan anak-anak mereka. Tiap akhir pekan anak-anak bisa bermain di kids corner, dan mereka pun bisa merasa seolah berada di rumah, hanya kali ini dengan banyak teman.

Pulau Orangutan, Kilang Minyak, dan Kebun Sayur

Selain kebersihan, keragaman, dan keteraturan, apa lagi yang bisa menjadi daya tarik Balikpapan? Pertama, karena Kalimantan dikenal dengan hutannya yang masih tergolong banyak, maka tempat ini cocok menjadi tempat penangkaran orangutan, hewan langka yang nyaris musnah. Jika tertarik melihat bagaimana indahnya hutan Kalimantan dilihat dari atas menara sekaligus menyaksikan bagaimana orangutan hidup bebas di hutan, bisa datang ke BOS (Borneo Orangutan Survival) Foundation.

BOS adalah tempat orangutan hasil sitaan dirawat dan dilatih. Lokasinya ada di daerah Samboja, sekitar dua jam dari Kota Balikpapan. Di tempat ini orangutan yang jumlahnya 223 ekor dilatih untuk bisa bertahan hidup di alam bebas.

Kebanyakan orangutan tersebut memang terlanjur bergantung pada manusia, karena dulunya dipelihara oleh di rumah-rumah. Oleh para pengajar, orangutan diajari cara memanjat pohon, mencari makan, dan menghindari diri dari jebakan. Jika mereka sudah ”lulus ujian”, mereka akan dilepas ke alam bebas. Tapi jika tidak, mereka tetap akan dirawat di BOS hingga mati. (laporan herita endriana)
(Koran SI/Koran SI/tty)


Sumber :
http://lifestyle.okezone.com/read/2010/05/22/25/335307/25/yang-menyenangkan-dari-balikpapan
22 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar